Rabu, 19 Januari 2011

Warga Mengaku Puluhan Tahun Diabaikan

Terkait Kepindahan Status dari Aceh Timu
Sat, Jan 8th 2011, 09:20

REDELONG - Puluhan warga yang berasal dari kawasan pedalaman Kecamatan Pante Bidari, Kabupaten Aceh Timur, mengaku meminta pindah menjadi penduduk Kecamatan Syiah Utama, Kabupaten Bener Meriah, lantaran merasa diabaikan oleh Pemkab Aceh Timur, sejak puluhan tahun lalu. Hingga kini, beberapa kampung di kawasan pedalaman Aceh Timur yang berbatasan dengan Kabupaten Bener Meriah masih terisolir serta luput dari perhatian, sehingga sebagian besar masyarakat yang tinggal di daerah perbatasan itu memilih hengkang ke Kecamatan Syiah Utama, Kabupaten Bener Meriah.

Pengakuan tersebut, diutarakan sejumlah warga yang berasal dari beberapa kampung di kawasan pedalaman Kabupaten Aceh Timur, ketika mendatangi Kantor Bupati Bener Meriah, Kamis (6/1) kemarin. Di hadapan Bupati Bener Meriah, Ir H Tagore Abubakar, puluhan warga ini menyampaikan keluh kesah mereka ketika masih berstatus sebagai penduduk Kabupaten Aceh Timur. “Puluhan tahun kami menjadi warga Aceh Timur, namun kondisi perekonomian masyarakat di kampung kami masih jauh tertinggal dengan daerah lain karena sama sekali tidak pernah diperhatikan. Makanya, kami memilih kembali menjadi warga Bener Meriah,” ungkap Abubakar Aman Siner.

Ironisnya lagi, tambah Abubakar, di kampung mereka ada tujuh sumur gas, tetapi bangunan meunasah saja tidak ada. “Apalagi untuk sarana lainnya seperti Puskesmas dan jalan sama sekali tidak pernah dibangun,” ungkap Abubakar. Ia katakan, warga yang berasal dari delapan dusun, di daerah perbatasan Aceh Timur dengan Bener Meriah, seperti dari Dusun Salah Reje, Sarah Gele, Ranto Panyang, Pelalu, Garut, Rubek, Sejudo dan Dusun Poreng, dengan jumlah penduduk sebanyak 1.800 jiwa dari 425 Kepala Keluarga (KK), telah menetap di daerah itu sejak puluhan tahun silam, menjadi penduduk Aceh Timur dan sebagian Aceh Utara. Namun kehidupan mereka tidak jauh berbeda dengan zaman sebelum merdeka.

“Puluhan tahun kami merasa dizhalimi dan tidak diberikan apa-apa seperti daerah lain. Padahal di daerah kami terdapat sejumlah sumur gas tapi kontribusinya untuk masyarakat di situ tidak ada,” pungkas Abubakar di hadapan puluhan rekannya. Kepada puluhan warga yang mendatangi Pemkab Bener Meriah, pada Kamis (6/1) kemarin, Pemkab Bener Meriah memberikan bantuan senilai Rp 47 juta untuk pembelian dua unit boat serta biaya pembangunan meunasah.

Masuk Bener Meriah
Terkait dengan adanya tudingan bahwa Pemkab Bener Meriah, telah mencaplok sejumlah kampung di Kecamatan Bidari, Kabupaten Aceh Timur, Bupati Ir H Tagore Abubakar, membantah tuduhan tesebut. Ia mengatakan, puluhan warga yang berasal dari sejumlah kampung di kawasan pedalaman Aceh Timur, meminta sendiri untuk bergabung menjadi penduduk Bener Meriah, dengan alasan kurang diperhatikan ketika masih bernaung di Aceh Timur. “Tidak ada kami mencaplok wilayah Aceh Timur. Masyarakat itu sendiri yang datang mintabergabung ke Bener Meriah. Dan wilayah itu memang masih di kawasan Kabupaten Bener Meriah,” kata Bupati Tagore Abubakar.

Diuraikan Tagore, berdasarkan historis, beberapa dusun yang menjadi ‘rebutan’ antara Bener Meriah dan Aceh Timur, merupakan kawasan milik Kabupaten Bener Meriah. Alasannya, pada tahun 1976, Pemkab Aceh Tengah (sebelum dimekarkan menjadi Kabupaten Bener Meriah) menitipkan beberapa dusun di perbatasan Kecamatan Bandar ke Kecamatan Langkahan Aceh Utara, dan ke Kecamatan Simpang Ulim Aceh Timur. Hal itu dilakukan demi kelancaran Pemilu saat itu karena sulitnya mobilisasi peralatan pemilu yang dibawa dari Aceh Tengah. “Kita punya dokumen penitipan itu. Makanya tidak benar jika Pemkab Bener Meriah mencaplok daerah mereka, justru kami mengambil kembali apa yang pernah dititipkan dulu. Karena kami melihat kondisi daerahnya sangat memprihatinkan tidak pernah tersentuh pembangunan,” tukas Bupati Bener Meriah ini.(c35)

Sumber : Serambinews.com